Provinsi Jawa Tengah kaya akan Sumber Daya Genetik Hewan (SDGH) komoditas ternak yang telah ditetapkan melalui SK Menteri Pertanian sebanyak 8 jenis ternak lokal yang tersebar di wilayah Jawa Tengah yaitu Sapi Peranakan Ongole (PO), Sapi Jabres (Jawa Brebes), Kambing PE Kaligesing, Domba Wonosobo, Domba Batur, Itik Tegal, Itik Magelang dan Ayam Kedu.
 
Sapi Ongole (Bos indicus) memberikan peran yang penting dalam sejarah sapi di Indonesia. Sapi  jantan Ongole dibawa dari daerah Madras, dan daerah Zebu India ke pulau Jawa, Madura dan Sumba. Di Sumba dikenal dengan sapi Sumba Ongole. Sapi Sumba Ongole (SO) dibawa ke Jawa dan dikawinkan dengan sapi asal jawa dan kemudian dikenal dengan peranakan ongole (PO). Istilah sebutan lainnya adalah sapi putih, sapi lokal atau sapi jawa.  wilayah sebaran  pengembangan sapi PO yaitu Kabupaten Kebumen, Pati, Rembang, Blora, Grobogan, Wonogiri, dan Boyolali. 
 
Sapi PO Kebumen merupakan aset ternak Jawa Tengah yang mempunyai nilai ekonomi dan sosial yang tinggi. Sapi PO tersebut terbukti memberikan manfaat bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan dan pupuk organik untuk mendukung usaha pertanian.  Selain itu, Sapi PO Kebumen mempunyai pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan sapi PO pada umunya yang tersebar di Indonesia, bobot badannya dapat mencapai 900 kg, mempunyai sifat tahan terhadap kondisi pakan yang terbatas, serta mempunyai sifat penotipik yang khas yaitu gelambir tebal berlipat-lipat membentuk garis lurus tidak putus mulai dari dagu sampai ke ambing, warna putih polos dan jinak.
 
Terbentuknya sapi PO Kebumen merupakan jerih payah dari masyarakat Kabupaten Kebumen, khususnya di Kecamatan Ambal, Buluspesantren, Klirong, Petanahan, Puring, dan Mirit, keenam kecamatan tersebut dikenal dengan sebutan daerah “Urut Sewu”. Masyarakat di wialayah tersebut telah membudidayakan ternak sapi PO secara turun-temurun hingga didapatkan keturunan sapi PO Kebumen yang dikenal saat ini.  Dimulai tahun 1900, Residen Bagelen Burnaby Lautier (Belanda) mendatangkan Sapi Benggala/Ongole dari Zebu India dan dikawinkan dengan Sapi Jawa menghasilkan sapi yang terkenal dengan nama Sapi Benggala Jawa yang menjadi bibit sapi populer di daerah Mirit dan Kutoarjo (Kebumen) dan menyebar hingga ke daerah Yogyakarta. Tahun 1906 – 1917, Didirikan peternakan sapi di Mirit yang diberi nama “ Mirit Banteng” dan dikembangkan dua jenis sapi yaitu Sapi Jawa dan Sapi Benggala. Pada masa itu di Pulau Sumba dikembangkan pemurnian ras Sapi Benggala/Ongole. Kolonial Belanda juga mengimpor lagi sapi Ongole dari India. Tahun 1935, Di Mirit dimasukkan lagi Sapi Ongole dari India. Tahun 1953, mulai dikenalkan inseminasi buatan dengan semen segar. Tahun 1965- 1975, Di Mirit dibangun rumah dinas Dokter Hewan (Drh. Barkah), peternakan mulai berkembang pesat. Di era 70 an banyak diselenggarakan kontes ternak baik tingkat Kabupaten maupun Provinsi dan maupun nasional Bapak Kromosemito dari Mirit pernah menjadi juara nasional.  Tahun 1976, Di Mirit Pemerintahan Soeharto mendatangkan 4 ekor Pejantan Ongole dan Brahman dari India dan berkembang serta dijaga kemurniannya sampai dengan sekarang. Di Kebumen dikenal sapi Madras ( singkatan = “Madjapahit Ras”) yaitu sapi khas Kebumen yg merupakan persilangan generasi ke generasi Sapi Jawa – Sapi Ongole – Sapi Brahman menghasilkan Sapi PO Kebumen dengan hasil penelitian Aryogi.,et all, 2006 ( LOLIT Grati) 76 % kekerabatan dekat dengan Sapi Madras di India. Sapi PO Kebumen mempunyai karakteristik khas yang tidak dijumpai di Sapi PO pada umumnya di Jawa.
 
Keunggulan sapi PO Kebumen terlihat pada saat pelaksanaan kontes ternak sapi Potong Jateng – DIY yang dilaksanakan di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten pada tanggal 22 November 2014 yang lalu. Sapi-sapi PO Kebumen yang merupakan hasil seleksi kontes ternak Sapi PO Kebumen yang dilaksanakan pada tanggal 19 September 2014 di Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen,  mendominasi kejuaraan dengan merebut 7 katagori. Disamping itu sapi PO dari daerah lain utamanya dari DIY yang memenangkan kejuaran tersebut sapinya juga berasal dari Kebumen, dan beberapa diantaranya merupakan keturunan  “Suryo Laras” Sapi Pejantan PO dari Kebumen yang digunakan sebagai pejantan (Bull) di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Ungaran.  Sehingga boleh dibilang pada lomba tersebut banyak terjadi “Duel” antara saudara Sapi PO Kebumen. Saat ini sapi PO Kebumen banyak dilirik daerah lain karena keunggulannya, sehingga sebagai upaya untuk menjadi keseimbangan supply – demand  bibit sapi PO Kebumen, melalui Asosiasi Kelompok Pembibit Sapi PO Kebumen (ASPOKEB) dengan 29 Kelompok pembibit, telah membuat aturan tentang pengeluaran dan pemasukan ternak khususnya diwilayah urut sewu yang saat ini sudah ada senagai wilayah sumber bibit Sapi PO Kebumen.
 
Sebagai upaya untuk meningkatkan derajad keunggulan sapi PO Kebumen tersebut, maka saat ini telah disusun naskah akademik Pelepasan Sapi PO Galur Kebumen oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kebumen, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah, Loka Penelitian (Lolit) Sapi Potong Grati, yang nantinya diharapkan sai PO Kebumen memiliki trade mark sebagai “SAPI KEBUMEN (SAKE)” yang memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) Sapi Kebumen sendiri.  Disamping itu ke-sexy-an Sapi Kebumen telah diangkat sebagai tema acara Bapak Gubernur Jawa Tengah “Ngopi Bareng Mas Ganjar” periode bulan November 2014, “SAPI KEBUMEN, KEBANGGAAN DAN HARAPANKU”. Pada beberapa kesempatan Gubernur Jawa Tengah menunjukkan komitment dan dukungan yang penuh untuk upaya pelestarian dan pengembangan Sapi Kebumen tersebut. Semoga Sapi Kebumen dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri dalam penyedia bibit ternak yang berkualitas, sebagai upaya pengejawantahan kemandirian pembangunan peternakan di Jawa Tengah.

 

Ir. Ign. Hariyanta Nugraha, M.Si
Kepala Bidang Produksi
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Jateng
Cp. 0818249682 Pin BB : 7DB7A2BD
Share this post on: