Disusun Oleh: Ni Putu Widiari IA, S.Pt., M.Si.

Disarikan dari berbagai sumber


Tanaman kenaf adalah tanaman semusim menghasilkan serat alam dan berbentuk tumbuhan semak, yang tingginya mencapai 3 meter. Tanaman ini memiliki nama latin Hibiscus cannabinus. Penampakan tanaman kenaf ini panjang dengan warna hijau pada batang dan daun, batangnya memiliki duri yang cukup tajam, pipih, silindris dan tidak bercabang, sedangkan tipe daun pada kenaf ada 3 macam, yaitu daun berbentuk jantung tidak bertoreh (unlobed), bertoreh sebagian (partially lobed), dan bertoreh penuh (deeply lobed). Tanaman ini sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1980 an. Lahan kenaf ini tersebar di daerah Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Kalimantan Selatan. Tanaman ini memiliki keunggulan yaitu toleransi pada kondisi musim kering, genangan air dan tahan terhadap kadar garam yang tinggi sehingga tanaman kenaf baik untuk dibudidayakan sebagai hijauan didaearah yang memiliki iklim kurang baik. 


Budidaya tanaman kenaf dengan penanaman cara ditugal, dengan jarak tanaman 20x20 cm, 15x20 cm atau 10x30 cm, kemudian benih dimasukan kedalam lubang. Umur tanaman kenaf relating pendek, sekitar 3,5 sampai 4 bulan. Ciri tanaman yang siap dipanen adalah ketika 50% populasi tanaman sudah berbunga, sekitar 120 hari setelah ditanam. Cara memanen yang baik menggunakan sabit tajam, batang kenaf dipotong tepat pada permukaan tanah.


Tanaman kenaf bisa dimanfaatkan baik kayu, serat, daun dan biji. Kayu kenaf biasanya dikenal sebagai bahan baku industri particle board untuk berbagai keperluan seperti furniture, pintu, jendela, kusen, pelapis dinding rumah. Sedangkan serat kenaf dimanfaatkan untuk bahan baku industry kertas, tekstil, karpet dan kerajinan tangan. Daun kenaf mengandung protein 24%, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bijinya sebagai bahan pembuatan minyak goreng karena kaya akan asalm lemak tidak jenuh (oleat dan linoleate).


Potensi yang dimiliki oleh tanaman kenaf yang belum umum diketahui oleh peternak yaitu sebagai bahan pakan alternatif atau hijauan pakan ternak alternatif dengan melihat kandungan nutrisi dari tanaman tersebut (hasil uji proksimat terlampir Tabel 1). Berdasarkan hasil uji proksimat menunjukan kandungan protein kasar 23,43% dengan serat kasar 18,57%. Salah satu potensi dari tanaman tersebut ditangkap sebagai peluang oleh salah satu produsen pakan ternak di Kabupaten Klaten. Saat ini produsen pakan tersebut masih terus mencoba mengembangkan lebih lanjut pakan ternak dengan memanfaatkan tanaman kenaf. Produk yang saat ini masih dalam proses pengajuan Nomor Pendaftaran Pakan (NPP) yakni complete feed untuk sapi potong penggemukan. Dari hasil pengujian proksimat (Tabel. 2) menunjukan bahwa tanaman kenaf yang dicampurkan dengan beberapa bahan pakan lokal lainnya menjadi complete feed memiliki kandungan protein kasar 19,80%, lemak kasar 6,06% dan serat kasar 16,84%. 


Tabel 1. Hasil Analisa Proksimat Pohon Kenaf dan Indigofera


NoKandungan NutrisiRata-Rata Hasil Analisis Pakan Pohon Kenaf *a (%)Rata-Rata Hasil Analaisis Pakan Indigofera *b (%)
1Kadar Air5,6015,12
2Abu10,478,44
3Protein Kasar23,4327,30
4Lemak Kasar2,163,34
5Serat Kasar18,5714,17
6Kalsium1,251,75
7Phospor0,720,34

*a. Laporan Hasil Pengujian Pohon Kenaf Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan Bekasi, 2022

*b. Laporan Hasil Pengujian Indigofera Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan Bekasi, 2022.


Tabel 2. Hasil Analisa Proksimat Complete Feed


No.Kandungan NutrisiRata-Rata Hasil Analisis Pakan (%)
1Kadar Air7,53
2Abu7,96
3Protein Kasar19,80
4Lemak Kasar6,06
5Serat Kasar16,84
6Kalsium0,83
7Phospor0,90

*a. Laporan Hasil Pengujian Complete Feed Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan Bekasi, 2022.


Potensi tanaman kenaf sebagai hijauan pakan alternatif perlu diwaspadai apabila diberikan dalam bentuk segar karena dibagian batang terdapat duri yang cukup tajam, maka perlu dilakukan pencacahan agar tidak melukai ternak. Tanaman ini juga masih belum diketahui apakah mengandung anti nutrisi yang dapat membahayakan ternak, dikarenakan masih terbatasnya penelitian terkait hal tersebut. Namun hal tersebut dapat diantisipasi dengan pelayuan dan teknologi fermentasi. 


Share this post on: